Kamis, 25 Juli 2013

Pemilik Para Group (PT Para Inti Holtindo-sebagai Holding Company) ini lahir di Jakarta, 16 Juni 1962. Semua orang Bandung pastilah pernah mendengar Bandung Super Mall (BSM). Mall megah di kota Bandung dengan luas hampir 3 hektare dan menghabiskan biaya sekitar 99 milyar rupiah adalah salah satu lahan bisnis Para Group dibidang properti (dibawah Para Inti Propertindo) , selain bidang keuangan (Para Global Investindo) dan media (Para Inti Investindo)
Siapa sebenarnya Chairul Tanjung ? Beliau adalah anak seorang wartawan Abdul Gafar Tanjung, serta ibu Halimah. Seorang dari keluarga yang sangat sederhana, bukan anak jenderal, bukan anak menteri, bukan anak pengusaha kaya. Beliau adalah seorang dokter gigi lulusan Universitas Indonesia yang terjun ke dunia bisnis dan mengaku tidak pernah membuka praktek. Pada saat krisis ekonomi 1997, malah namanya semakin melejit sehingga disebut “The Rising Star”. Beliau termasuk orang terkaya di Indonesia dengan menduduki posisi ke-18 dengan kekayaan $30 Juta (usia 44 thn). Majalah warta ekonomi juga pernah menganugerahi beliau sebagai tokoh bisnis paling berpengaruh tahun 2005.
Awalnya Para Group hanya merupakan perusahaan export sepatu anak-anak. Pada tahun 1996, mengambil alih kepemilikan Bank Tugu dan menggantikannya menjadi Bank Mega. Walaupun saat itu dalam kondisi tidak menguntukkan, namun perlahan Bank Mega menjadi salah satu bank papan atas di Indonesia. Pada 28 Maret 2001, Bank Mega ini berhasil melakukan IPO di Bursa Efek Jakarta. Hingga September 2005, Bank Mega memiliki nilai buku asetnya mencapai Rp1,5 triliun, dan banyak investor asing mengajukan surat untuk membeli saham bank mega tersebut.
Melalui PT Trans Corpora, Para Group mendirikan Trans TV ( Televisi Transformasi Indonesia) pada tahun 2001. Kinerja yang baik ditunjukkan olehTrans TV, sehingga hanya dalam waktu 2 tahun sudah mengalami break event point by operation. Pada Juni 2006, Trans Corp membeli saham TV 7 dari kelompok kompas gramedia dan merubahnya menjadi Trans 7


Data Perusahaan Chairul Tanjung di bawah Para Group :
  1. Asuransi Umum Mega
  2. Asuransi Jiwa Mega Life
  3. Para Multi Finance
  4. Bank Mega Tbk
  5. Mega Capital Indonesia
  6. Bank Syariah Mega
  7. Para Bandung Propertindo
  8. Para Bali Propertindo
  9. Batam Indah Investindo
  10. Mega Indah Propertindo
  11. Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV)
  12. Televisi Trans 7
  13. Mahagaya Perdana
  14. Trans Fashion
  15. Trans Lifestyle
Beliau bukanlah seorang pengusaha dadakan yang langsung muncul keatas, karena jauh sebelumnya beliau memulai usahanya dengan meminjam dana sejumlah 150 juta dari bank exim untuk perusahaan (expor) sepatunya, dengan membeli 20 mesin jahit merk Butterfly. Adakah suatu hal yg menyebabkan beliau begitu melejit pada saat pengusaha lain merasakan akibat krisis ekonomi ? Banyak juga yang menyebutkan bahwa dikarenakan beliau dekat dengan para konglemerat dan orang-orang tinggi di saat itu.
Terlepas dari itu semua, beliau adalah orang yang patut dikagumi apalagi dengan visinya bahwa di tahun 2030 pendapatan perkapita Indonesia naik menjadi US $18.000, ada sebanyak 30 buah perusahaan Indonesia masuk Fortune 500 serta Indonesia menjadi 5 negara terkuat dalam bidang ekonomi.

Selasa, 23 Juli 2013

  • ukuran kamera secara keseluruhan jadi tidak pocketable karena lensanya lumayan besar
  • desain aperture lensa tidak mungkin dibuat besar, maka itu bukaan maksimumnya adalah f/3.5
 
 Dari bentuk dan desain kamera sendiri tidak banyak berbeda dengan kamera Leica seri lainnya, walau di kamera X Vario ini tidak ada jendela bidik alias hanya mengandalkan layar LCD untuk komposisi gambar. Sensornya sendiri bisa mencapai ISO 12.500 dan auto fokusnya memakai deteksi kontras. Fitur manual di kamera ini tentu saja sudah lengkap, termasuk flash hot shoe pun ada. Sayangnya di kamera seharga 20 juta ini tidak disediakan fitur stabilizer atau peredam getaran tangan. 

Fotografer Indonesia Terkenal – Darwis Triadi

  Darwis Triadi, seorang fotografer Indonesia terkenal dan ternama. Darwis Triadi yang mempunyai nama lengkap Andreas Darwis Triadi ini memang identik dengan hal-hal yang berkaitan dengan fotografi atau potret memotret. Sang Fotografer Indonesia ini ternyata tidak mengikuti dan menjalanni pendidikan formal dalam bidang yang bersangkutan. Mengapa bisa? Padahal Darwis Triadi dikatakan sebagai seorang fotografer handal yang mengharumkan nama Indonesia selama puluhan tahun.

Ternyata, Darwis Triadi yang lahir di Kota Solo pada tanggal 15 Oktober 1954 ini adalah seorang pilot pada awalnya. DarwisTriadi  ini pernah menjalani pendidikan di sebuah Sekolah Tinggi Penerbangan yang bertempatkan di daerah Curug-Tanggerang. Beliau mengemban pendidikan tersebut pada tahun 1975. Darwis Triadi ternyata merasa tidak ‘kerasan’ dan cocok dengan profesinya tersebut. Beliau ternyata enggan meneruskan menjadi seorang penerbang. Akhirnya, pada tahun 1979, Darwis Triadi melaksanakan tekadnya yang sudah bulat. Beliau meninggalkan dunia penerbangan dan beralih ke dunia fotografi. Sebetulnya Darwis Triadi sama sekali tidak memiliki pengetahuan yang dapat dikatakan cukup untuk terjun ke dunia fotografi ini. Pendidikan laki-laki yang sudah menginjang usia 57 tahun itu tidak mempunyai hubungan dan sangkut paut dengan bidang yang akan digelutinya saat itu. Beliau menjelaskan bahwa saat itu orang-orang cukup kebingungan untuk belajar fotografi karena tidak tahu harus belajar kemana. Karena itulah Darwis Triadi pun belajar secara otodidak atau belajar sendiri dengan cara rajin melahap buku-buku fotografi dan dengan terjun langsung ke lapangan sebagai prakteknya.

Sosok Fotografer Indonesia

Alasan Darwis Triadi memilih berprofesi sebagai fotografer ini tidak mempunyai jawaban yang pasti. Beliau hanya berkata ingin mempunyai pekerjaan yang dapat menjadi sumber penghidupannya di masa depan nanti tanpa harus mengemban pendidikan atau kuliah lagi. Dan entah mengapa, di otak fotografer Indonesia satu ini terlintas foto yang kemudian terus dijalaninya hingga sekarang. Menurut Darwis Triadi, bidang yang digelutinya sekarang ini belum menjadi bahan perhitungan di Indonesia, namun ia yakin bahwa kelak seni fotografi akan berubah dan tidak seperti itu. Karena itulah Darwis Triadi terus menerus belajar dengan giat dan benar mengenai fotografi ini.
Darwis Triadi mencoba tekun dalam dunia fotografi ini dengan mandiri. Sekitar empat tahun, Darwis Triadi tak hentinya belajar dan belajar supaya menjadi seorang fotografer handal. Dan pada tahun 1983, Darwis Triadi mulai mengikuti lembaga kursus fotografi yang berada di Negara-negara Asing seperti Swiss dan Jerman. Meskipun pada tahun-tahun tersebut Darwis Triadi dapat dikatakan telah berhasil sukses menjadi fotografer Indonesia terkenal, beliau tidak pernah pelit membagi ilmunya pada orang lain. Tahun 1985 adalah tahun pertama Darwis Triadi dalam menjalani kegiatan seminar serta pelatihan fotografi sebagai pembicaranya. Dari situlah Darwis Triadi mempunyai keinginan untuk membentuk sebuah lembaga yang tidak resmi tapi tetap profesional. Alasan beliau membentuk lembaga kursus tersebut karena pada dasarnya beliau senang mengajar.
Sang Fotografer Indonesia terkenal ini berpesan pada anak-anak muda untuk mencintai profesi yang dijalani seperti halnya mencintai diri sendiri dalam kehidupan ini. Apapun profesinya, jangan sampai orientasi pencapaiannya hanya sebatas fisik saja, namun juga harus mengejar prestasi dan dedikasi serta kontribusi yang dapat kita berikan kepada masyarakat.